Blog ini berisi tulisan Anuar Syukur, seorang dari pelosok Sulawesi Utara (Bolaang MOngondow Raya) yang biasa memakai nama alias Anuar Totabuan Syukur, mulai dari serius sampai diserius-seriuskan
Luar biasa. Pendi penjahat namun pemakamannya melebihi pejabat. Kapolres dan Dandim datang, juga beberapa pejabat. Mungkin ini pengaruh dari Letnan Kolonel Arif Pambudi alias Papa Harnum. Masyarakat juga tumpah, jelas mereka ingin melihat Effendi Kokait alias Pendi, penjahat yang telah mempopulerkan daerah terpencil ini, Bolaang Mongondow, sampai ke Jakarta.
Menurut kabar burung, yang maju memperebutkan kursi ketua Sefa tiga orang: Nandang, Mahmud, dan Indra. Mereka semester enam semua. Nandang merupakan atasanku di BPMF. Sedangkan Mahmud dan Indra merupakan pengurus Sefa.
Sebagai bawahan, aku sudah mengenal Nandang. Orangnya pengecut, tak berani merubah sistem di fakultas yang melemahkan mahasiswa. Menurut kabar, Nandang telah melakukan banyak manuver agar jadi ketua BPMF. Tapi mahasiswa masih sama dengan rakyat kebanyakan. Begitu Nandang terpilih, tak pernah dikontrol. Menurutku, ini yang membuat Nandang bisa bergerak bebas sesuka hatinya.
Aku tak akan memilih Nandang!
Mahmud seniorku di omek. Dan omek besar yang selalu menjadi penentu kepemimpinan mahasiswa di kampus itu sudah sepakat untuk menjadikan Mahmud sebagai ketua Sefa. Di mataku, Mahmud memang baik untuk diusung. Dia cerdas dan punya jaringan yang luas. Sayangnya dia terlalu sibuk.
Organisasi mahasiswa mirip dengan organisasi siswa. Di sini juga terdapat ketua kelas yang biasa di sebut komti—komandan tingkat—kelas. Saat pemilihan, aku sama sekali tidak berminat. Walau di sini tantangannya agak berbeda, namun aku tak ingin mencoba. Aku sudah pernah menjabat ketua OSIS, menjadi ketua kelas berarti penurunan. Tapi, saat pemilihan ketua angkatan, aku baru bersemangat. Ketua angkatan akan mewakili aspirasi dua ratus lebih mahasiswa angkatan 94, akan mewakili empat kelas di Fisip. Aku ingin mencoba tantangan yang pertama ini.
Masyarakat terbiasa Mencaci penjahat dan memuji kemuliaan karena mereka yang membuat penjahat dan orang mulia
(Ansy)
Kapal yang kutumpangi melebihi pasar, penumpang bertebaran di mana-mana—di lorong, di bawah tangga, di ruangan-ruangan. Ranjang panjang yang ditiduri lebih sepuluh orang sudah penuh dengan penumpang dari Ternate atau sudah dipesan orang walau belum ditempati. Sulit mendapat tempat. Aku baru mendapat tempat di ranjang panjang itu ketika ada yang turun di Pantoloan.
Rumah panggung itu hanya milik Tuangi lipu’, yaitu golongan masyarakat di bawah bangsawan,yang berdagang namun tertata apik. Di halamannya yang luas ditanam berbagai aneka bunga, jalan masuk telah diperkeras dengan kerikil. Warung kecil di depan rumah dibuat sedemikian rupa sehingga menyedapkan mata. Warung itu seperti dapurnya rumah panggung namun lebih indah daripada dapur. Rumah panggung dicat dengan warna kayu, alami namun mengkilap. Gudang kopra sengaja diletakan di belakang rumah agar tak merusak pemandangan.
Hasan dan Hasnah, suami-isteri pemilik rumah, tak bisa lagi memikirkan semua itu. Sebagai pedagang mereka cukup sibuk melayani pembeli, membeli hasil bumi dan memasarkannya. Bulan, anak mereka satu-satunya yang membuat suasana rumah menjadi nyaman seperti itu.